Halaman

Kabel Internet Belum Memadai Dalam 5 Tahun

Kabel Internet Belum Memadai Dalam 5 Tahun

Kamis, 29 Juli 2010 | 00:38 WIB 
BANDUNG, KOMPAS.com - Pemasangan kabel fix line untuk mendukung penggunaan internet lebih luas di Indonesia, dianggap belum pesat. Infrastruktur itu kian berkembang namun kecepatan pembangunannya diperkirakan belum cukup memadai, setidaknya dalam lima tahun mendatang.
Harga komputer semakin murah. Meski demikian, semurah-murahnya komputer seharga Rp 2,5 juta masih dianggap tinggi untuk masyarakat miskin.
Direktur Utama PT Bakrie Connectivity, Erik Meijer di Bandung, Rabu (28/7/2010), mengatakan, pemasangan kabel kerap terbentur kendala. "Kalau mau memasang kabel misalnya, terjadi gangguan kemacetan lalu lintas. Padahal, kemacetan di kota-kota besar sudah cukup parah," ujarnya.
Menurut Erik, jika jalan tol dibangun, kabel dapat ditanam seiring dengan pengerjaan proyek tersebut. Akan tetapi, proses pemasangan kabel hingga ke rumah-rumah lebih sulit dilakukan. Berbagai kendala itu memicu rendahnya penggunaan internet di Indonesia.
Penetrasi perusahaan penyedia layanan internet terhadap penduduk Indonesia masih kecil atau hanya sekitar 15 persen dari 230 juta orang. Kendala lain yakni ketidaksanggupan masyarakat terutama warga miskin membeli perlengkapan untuk mengakses internet.
"Harga komputer semakin murah. Meski demikian, semurah-murahnya komputer seharga Rp 2,5 juta masih dianggap tinggi untuk masyarakat miskin," katanya.
Padahal, tarif internet di Indonesia sudah termasuk paling murah di dunia. Erik mencontohkan, tarif internet yang murah yakni Fantastis dari Esia untuk paket unlimited dengan kecepatan 3,1 megabyte per detik hanya sebesar Rp 200.000 per bulan.
Tarif dengan kecepatan itu bisa mencapai 5-10 kali lipat dibandingkan di Singapura, Amerika Serikat, China dan Belanda. Meski tarifnya murah namun persaingan memperebutkan pasar internet cukup ketat.
Jumlah penyedia layanan internet di Indonesia sekitar 10 pemain besar yang terdiri dari operator seluler, belum termasuk perusahaan-perusahaan kecil.
Kondisi itu menjadi tantangan dan kesempatan untuk memahami kebutuhan konsumen. Sebagai upaya meraih potensi pasar internet, Erik mengatakan, pihaknya telah menghadirkan affordable hyper-speed access (AHA) yang menggunakan jaringan code division multiple access dengan perangkat universal serial bus (USB) modem. Tarif internet dengan kartu seluler Esia itu mulai Rp 4.000 per hari.
Erik menuturkan, pihaknya telah menanamkan investasi sebesar 100 juta dollar AS untuk menyediakan kebutuhan Bakrie Connectivity. "Kami meningkatkan kemampuan base transceiver station Esia yang sudah ada dengan perangkat keras dan kanal untuk penggunaan data," katanya.

Penulis: Dwi Bayu Radius   |   Editor: yuli   |   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Haraf TuLis Komentar